Merindukan Kepemimpinan Nabi Muhammad

Merindukan Kepemimpinan Nabi Muhammad
Masduri, PENELITI DI PUSAT KAJIAN FILSAFAT DAN KEISLAMAN
FAKULTAS USHULUDDIN IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA,
ALUMNUS PESANTREN NASY'ATUL MUTA'ALLIMIN GAPURA SUMENEP
Sumber : SUARA KARYA, 10 Februari 2012



Nabi Muhammad yang lahir di Makkah pada tanggal 12 Rabi'ul Awal sekitar 20 April 570/171 telah membawa perubahan besar bagi peradaban umat manusia. Baik dalam posisinya sebagai nabi ataupun kepala negara. Sejarah mencatat prestasi Nabi Muhammad sebagaimana diungkap banyak penulis dan ilmuwan.

Michael H. Hart, seorang ilmuwan barat menempatkan Nabi Muhammad pada posisi pertama dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia. Tentu perangkingan ini berdasar fakta sejarah yang telah dikaji secara mendalam. Tidak dapat dipungkiri, pengaruh Nabi Muhammad begitu besar bagi peradaban umat manusia di muka bumi. Di samping seorang nabi, yang diutus menyampaikan risalah-Nya, Nabi Muhammad juga seorang kepala negara.

Masih dalam catatan Michael H. Hart dalam bukunya, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, Nabi Muhammad telah mampu merubah bangsanya yang egoistis, barbar, terbelakang, dan terpecah belah karena sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang maju secara ekonomi, kebudayaan, dan kemiliteran. Bahkan mampu mengalahkan militer Romawi yang saat itu dikenal militer kuat di dunia.

Kepala Negara

Pola kepemimpinan Nabi Muhammad bertolak kepada empat sikap yang biasa disebut sebagai sifat wajib seorang rasul. Yakni, shidiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Keempat sikap ini tidak saja diimplementasikan oleh Nabi Muhammad dalam posisinya sebagai rasul, namun juga dalam posisinya sebagai kepala negara, sikap dan tindakannya juga berlandaskan keempat sikap tersebut.

Tidak mungkin Nabi Muhammad akan sukses memimpin bangsa Arab tanpa keempat sikap tersebut. Sebab kejujuran menjadi kunci utama kesuksesan seorang pemimpin. Mustahil orang yang tidak jujur akan bisa membawa perubahan bagi bangsanya. Secara ekspilisit jujur dalam konteks kepemimpinan bisa dimaknai keselarasan antara ucapan dan tindakan, serta kometmennya terhadap kepemimpinan yang sedang diembannya.

Berlanjut pada amanah, bilamana orang jujur sudah pasti akan amanah. Sebab amanah merupakan salah satu implikasi dari sikap kejujuran. Dengan bahasa sederhana, orang yang jujur sudah pasti amanah. Sehingga antara jujur dan amanah seperti mata rantai yang saling berkaitan.

Begitupun dengan sikap yang ketiga, tablig atau menyampaikan). Jika dalam konteks kenabian makna tablig terbatas pada penyampaian Nabi Muhammad atas semua risalah Tuhan kepada umatnya. Maka, dalam konteks kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai kepala negara, tablig dapat dimaknai sebagai bentuk penyampaian seorang pemimpin atas amanah konstitusi negara. Penyampaian amanah konstitusi misalnya, menjaga kesejahteraan rakyat, keadilan, kemanan dll.

Sikap tablig juga tidak lepas dari kedua sikap sebelumnya, yakni sidiq dan amanah. Pemimpin yang jujur dan amanah, pasti ia akan tablig. Sebab, tablig merupakan dampak dari kedua sikap tersebut.

Yang terakhir adalah fathanah. Seorang pemimpin yang ideal juga harus memiliki katagori ini, yakni cerdas. Sikap cerdas menjadi modal dasar bagi siasat seseorang dalam memimpin masyarakatnya. Misalnya, kecerdasan dalam menyejahterakan rakyat, kecerdasan dalam menciptakan keadailan sosial dan ekonomi, serta kecerdasan dalam menjaga keamanan dan stabilitas negara dari ancaman luar.

Keempat sikap tersebut telah terbukti mampu membawa kesuksesan kepemimpian Nabi Muhammad baik sejak ia di Madinah atau pasca pembukaan kota mekah (fathul Makkah), di mana saat itu kekusaan Islam terus menyebar luas. Bahkan Nabi Muhammad hanya butuh sebelas tahun dalam menaklukkan seluruh jazirah Arab.

Selain keempat sikap tentu masih banyak sikap-sikap bijak lainnya, sebagai bumbu yang mampu memaniskan kepemimninan yang pernah dicapai oleh Nabi Muhammad. Seperti sikap pemberani, tegas, berpendirian kokoh, respek dan memahami kebutuhan msyarakat.

Terapkan di Indonesia

Kembali pada keadaan di Indonesia, negara kita sedang limbung karena beragam persoalan yang menderanya tertumpu pada pimpinan yang terus menerus dikritik dan malahan dihujat. Karena berbagai masalah tidak tertangani seperti korupsi, ketidakadilan, kekerasan, kemiskinan, dan sekian pesoalan lainnya. Persoalan ini lahir karena pemimpin yang tidak memiliki integritas tinggi seperti halnya Nabi Muhammad.

Mungkin ada bahasa, Nabi Muhammad adalah manusia sempurna yang dipilih oleh Allah SWT. Sekarang konteks Indonesia, bukan dalam posisi Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, namun Nabi Muhammad sebagai kepala negara adalah manusia biasa.

Pada posisi ini Nabi Muhammad, juga sama seperti manusia atau pemimpin pada umumnya, kemungkinan untuk melakukan tindakan penyimpangan juga ada. Namun, karena Nabi paham posisi dan tanggung jawabnya, sehingga ia bisa menjalankan amanahnya sebagai kepala negara dengan baik.

Dalam ungkapan merindukan nabi, satu hal yang dilakukan umat, terlepas adanya kontroversi, adalah perayaan maulid Nabi. Itu sebagai refleksi diri agar manusia dapat menghidupkan kembali sifat-sifat Nabi Muhammad dalam kehidupan pribadi manusia di muka bumi.

Terutama para pemimpin di negeri tercinta Indonesia, Nabi Muhammad merupakan sosok sangat ideal yang mesti dicontoh. Sehingga bangsa Indonesia bisa lahir kembali, sebagai bangsa yang besar dan berpengaruh, dengan lahirnya pemimpin yang bijak seperti halnya Nabi Muhammad dan rakyat yang patuh pada pemimpinnya.
◄ Newer Post Older Post ►