Menatap Tantangan di Depan


Menatap Tantangan di Depan
Amirudin, DOSEN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP, KOMISIONER KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP)
Sumber : SUARA MERDEKA, 11 Februari 2012


"Sebuah media memang memerlukan stakeholder yang luas, tetapi juga basis pembaca yang kuat"

MENGELOLA bisnis koran pada era sekarang tidaklah mudah. Satu-satunya bisnis media yang mau tidak mau melibatkan pengorbanan masyarakat adalah media cetak. Masyarakat dilibatkan dalam proses pembelian media, dan ini yang berbeda dari bisnis penyiaran yang memberikan akses isi media secara gratis kepada masyarakat, kecuali hanya untuk pembelian pesawat radio dan televisi.

Bagi bisnis penyiaran, pembelian produk hanya dilakukan oleh pengiklan untuk ruang dan waktu beriklan. Di sini pengorbanan masyarakat hanya dikaitkan dengan nilai kesediaan membeli ruang dan waktu, sementara untuk koran, nilai pengorbanan itu berkaitan dengan kesediaan dan kemampuan ekonomi masyarakat dalam mengakses koran. Inilah kesulitan mendasar bagaimana koran dituntut tetap dapat mengikat pembaca di tengah situasi kesulitan yang dihadapi masyarakat. Koran mau tidak mau harus terseret dalam pola bisnis seperti ‘’Untung Surapati’’  yang  bersedia berkorban, atau berbisnis dengan hati.

Tren global yang berkembang khususnya di Amerika Serikat (AS) menunjukkan, koran nasional mulai menurun pendapatannya. Itu terjadi karena banyak pengiklan memandang, koran hanyalah sebagai cara untuk mencapai target konsumen secara massal. Mereka justru cenderung memilih menggunakan media lain seperti radio dan majalah untuk mencapai target konsumen yang lebih tersegmentasi. Ketergantungan pengiklan pada koran nasional telah menciptakan situasi ekonomi yang menyebabkan sesama koran nasional tidak dapat bersaing karena pengiklan akan cenderung memilih memasang iklan di koran dengan sirkulasi nasional nomor satu.

Di pasar lokal, beberapa koran di AS cenderung mulai mensegmentasi porsi pasar dengan menyediakan edisi lokal yang berdasarkan zona geografis untuk menarik pengiklan lokal. Koran-koran lokal semacam Washington Post, The New York Times, Chicago Tribune, dan Los Angeles Times justru yang berposisi merajai konsumsi media di daerah-masing-masing.

Peluang danTantangan

Terlihat di AS sekarang ini sudah sangat sulit menebitkan koran nasional karena tiap kota memiliki segmen, kebutuhan, identitas, dan kebanggaan sendiri-sendiri. Dari dulu, sebagian besar koran yang hidup adalah koran lokal. AS yang sering dijadikan kiblat bagi surat kabar dunia memiliki lebih banyak state newspaper atau koran negara bagian. Demikian juga di negara-negara Eropa, posisi koran lokal lebih berkembang.

Situasi ini juga yang berlaku di Indonesia, yakni koran berlomba-lomba menyempitkan segmentasi menyesuaikan dengan kebutuhan komunitas lokal dengan membuat edisi lokal —disebut koran multikultural (multicultural newspaper). Pola dan strategi bisnis seperti ini yang telah dipakai Suara Merdeka untuk mempertahankan posisinya di Jawa Tengah. Di posisi terakhir di 2010, data AC Nielsen menunjukkan, Suara Merdeka menjadi bagian dari 15 besar koran (nasional dan lokal) yang memiliki jumlah sirkulasi, pembaca, dan perolehan iklan yang cukup baik.

Di sisi lain, perkembangan surat kabar juga sangat terkait dengan perkembangan teknologi. Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan modernitas, hubungan ini bersifat saling mempengaruhi. Fungsi teknologi yang mempengaruhi perkembangan surat kabar antara lain meliputi aspek produksi, distribusi, dan pola konsumsi masyarakat. Ini  berlangsung terus-menerus sejak penemuan mesin cetak hingga pesatnya penggunaan teknologi internet di berbagai bidang.

Pada akhir 1990 Bill Gates pernah meramalkan 10 tahun lagi koran cetak akan mati tergantikan teknologi surat kabar baru yang berbasis teks elektronik (online media). Tetapi setelah 10 tahun berselang, ia kembali merevisi prediksinya, yakni sekitar 50 tahun ke depan, ramalannya baru akan mewujud (2050). Masyarakat akan terbiasa dengan electronic newspaper dan secara perlahan surat kabar cetak akan ditinggalkan.

Prediksi yang dikemukakan Gates tidaklah mengada-ada. Terlepas dari perdebatan apakah terbukti saat ini koran elektronik akan mematikan koran cetak, sekadar menggantikan, atau bahkan menyempurnakannya, teknologi selalu menjadi bagian terpenting dari perkembangan suatu jenis media. Kenyataan ini sejalan dengan teori konvergensi yang menyatakan, berbagai perkembangan bentuk media terus terjadi sejak awal penemuannya Setiap model media terbaru cenderung menjadi perpanjangan atau evolusi dari model-model pendahulunya.

Teknologi dengan berbagai konvergensinya hanyalah salah satu tantangan. Banyak faktor lain pula yang harus direspons koran jika ingin tetap bertahan di arena industri bisnis surat kabar. Sejumlah tantangan itu antara lain: makin pendeknya siklus hidup sebuah produk koran, karena pesatnya pertumbuhan media baru berupa portal-portal media online seperti detik.com, vivanews.com, dan sebagainya sehingga perlu dikembangkan inovasi dan kreasi baru bagi pembaca.

Apalagi brand supremacy telah lewat masa jayanya. Loyalitas pada merk bukanlah tidak penting untuk dirawat melainkan melihat pilihan-pilihan rasional media baru yang lebih segar, menarik, dan murah harganya maka mengandalkan nama besar tidaklah cukup dalam persaingan bisnis ini. Diperlukan peningkatan kualitas dan pembenahan manajemen, penguatan, dan pemberdayaan SDM koran, serta riset khalayak yang intensif dan ekstensif.

Ingat dalam bisnis koran berlaku pula prinsip sebagaimana yang disebut dalam iklan C 1000; healthy insight fresh outside.  Kesehatan dalam  perusahaan sangat menentukan kesegaran tampilan koran. Prinsip-prinsip profesionalitas dengan demikian menjadi sangat menentukan kesehatan koran.

Jika demikian halnya sandaran mengelola media yang hanya berpedoman pada idealisme tidaklah cukup. Industri media adalah pertempuran pasar maka prinsip-prinsip pengelolaan secara modern dengan standar pengelolaan yang jelas, dan prinsip-prinsip pemasaran mutlak diterapkan. Faktor segmentasi, targeting, dan positioning yang responsif  menjadi strategi dan taktik bisnis yang harus dipilih.

Sebuah media memang memerlukan stakeholder yang luas, tetapi juga basis pembaca yang kuat. Untuk itu, koran dituntut terus melakukan inovasi di berbagai bidang, baik SDM, insfrastruktur, maupun taktik dan strategi pemasarannya. Semoga pada usianya yang ke-62, Harian Suara Merdeka makin  jaya. Selamat berulang tahun. ●
◄ Newer Post Older Post ►