Cyber Society dan Online


Cyber Society dan Online
(Refleksi Hari Pers Nasional)
Eddy Purwo Saputro, DOSEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SOLO
Sumber : REPUBLIKA, 9Februari 2012


Flavian dan Gurrea (2009), dalam arti kel yang berjudul “Users Motivations and Attitude Towards the Online Press”, dimuat Journal of Consu mer Marketing, Vol 26 No 3 hal 164-174 menegaskan bahwa motivasi dan sikap pembaca terhadap pers online sangatlah terkait de ngan perilaku melek internet. Fakta ini membenarkan argumen bahwa perkembangan teknologi yang didukung revolusi internet memengaruhi semua rutinitas kehidupan, baik bagi dunia industri maupun individual (Huang dan Yang, 2008).

Terkait ini, industrialisasi pers tak bisa mengelak dari fenomena yang berkembang. Inovasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan antisipasi persaingan juga me rupakan tuntutan dalam indus tri pers. Oleh karena itu, koran edi si online menjadi acuan yang tidak bisa ditawar lagi. Bahkan, kini e-paper juga menjadi kewajiban untuk disajikan kepada pembacanya. Jadi, media pers dituntut menyajikan e-paper sebagai salah satu versi meski edisi online juga telah disajikan—selain edisi cetak yang terbit tiap hari. Lalu, bagaimana nasib edisi cetak?

Kebutuhan terhadap internet tampaknya semakin tidak terbendung dan masyarakat kian antusias mengikuti perkembangan internet. Bahkan, kini masyarakat juga semakin terbiasa dan akrab dengan era internet. Hal ini     akhirnya memungkinkan masyarakan kian melek internet. Selain itu, tarif internet kian murah dan kecepatan koneksi kian lancar. Semua ini jelas berpengaruh bagi daya jual semua produk lewat internet, termasuk daya tarik pers online dan e-paper.

Artikel Chen dan Corkindale (2008) yang berjudul “Towards an Understanding of the Behavioral Intention to Use Online News Services: An Exploratory Study”, dimuat di Internet Research, Vol 18 No 3 hal 286-312. Temuan me reka dalam tulisan itu memper kuat argumen tentang adanya sejumlah faktor yang mendorong seseorang untuk membaca edisi online dan atau e-paper.

Peran Internet

Menurut Budi Raharjo (2001), beberapa hal menyebabkan jaring an teknologi internet populer sebagai media komunikasi data. Pertama, cakupannya yang luas dan mampu menjangkau dunia. Kedua, implementasinya relatif lebih murah dibanding menggunakan jaringan atau fasilitas lainnya. Misalnya, menggunakan value added network (VAN) sendiri.
 
Untuk menjadi bagian dari internet, cukuplah dengan hanya menghubungkan sistem pada koneksi internet terdekat, misalnya, melalui Internet Service Provider. Bandingkan jika memakai VAN, maka harus menggelar jaringan sendiri dan cukup mahal. Terkait hal ini, maka internet sebagai basis media online dan e-paper sangat memungkinkan karena harganya yang semakin murah, distribusi yang lebih luas, serta real time online.

Ketiga, teknologi internet bersifat terbuka (open standard) sehingga tak tergantung kepada sa tu vendor tertentu. Keempat, penggunaan web browser mempercepat pengembangan/peluncuran aplikasi dan mengurangi learning curve dari pengguna. Kelima, teknologi internet memung kinkan konvergensi berbagai aplikasi menjadi satu. Sebagai contoh, kini di mungkinkan mengirim kan data, suara, dan bahkan gambar melalui internet tanpa ada lagi batasan waktu, tempat, dan kondisi.

Oleh karena itu, beralasan jika kini semakin berkembang citizen journalism sehingga masyarakat bukan lagi sekedar obyek, tapi juga subyek dari pemberitaan. Artinya, edisi online dan e-paper memungkinkan publik untuk me lakukan citizen journalism secara real time online meski juga ha rus didukung dengan kontrol internal agar sajian beritanya layak.

Allen dan Johson (2009), dalam artikelnya yang berjudul “Preser ving Digital Local News”, me ne gaskan, media pers edisi cetakm me miliki kelemahan untuk kepen tingan arsip perpustakaan, mi sal nya, terkait kualitas kertas, tinta, dan jumlah halaman setiap edisi. Media digital atau e-paper menjadi alternatif yang baik. Ti dak saja terkait pengarsipan, tapi juga lebih efisien jika diukur da lam kapasitas penyimpanan gudang. Artinya, media digital atau e-paper tak butuh gudang luas un tuk penyimpanan karena bisa disimpan dalam media internet. Dan, siapa saja, kapan saja, dan di mana saja bisa melihat lagi dengan sekali klik.

Transformasi Media

Transformasi media menjadi pelajaran berharga tentang revolusi dan evolusi pers, mulai edisi cetak ke edisi online dan e-paper. Hal ini telah digambarkan Alves (2001) dalam artikelnya berjudul “The future on Online Journalism: Mediamorphism or Mediacide?” dimuat The Journal of Policy, Regulation and Strategy for Telecommunications, Vol 3 No 1 hal 6372. Artinya, transformasi dari industri pers merupakan konsekuensi dari kemajuan teknologi. Oleh karena itu, tuntutan penyesuaian menjadi pilihan wajib yang tak bisa lagi dihindari, termasuk yang dialami industri pers kini.

Di sisi lain, perubahan per minta an konsumen juga menjadi konsekuensi yang mendukung transformasi industri media pers. Identifikasi fenomena ini bisa dili hat dari temuan riset Flavian dan Gurrea (2006) dalam artikelnya “The Choice of Digital Newspapers: Influence of Readers; Goals and User Experience”, di muat Internet Research, Vol 16 No 3 hal 231-247.

Dari fenomena yang ada, termasuk juga transformasi cyber so ciety akibat tarif internet yang semakin murah, maka tidak ada salahnya jika semua media pers dituntut untuk juga menerbitkan edisi online dan edisi e-paper. Hal ini, secara tidak langsung memati kan edisi cetak karena bagaimanapun juga konsumen bisa dibeda kan menjadi dua, yaitu high touch dan high tech (Saputro, 2009).  Mereka yang high touch tetap butuh edisi cetak dan yang high tech semakin akrab dengan edisi online, termasuk edisi e-paper. Artinya, realitas transformasi industri media telah terjadi. Dan, industrialisasi media harus melihat kasus ini dengan cermat untuk bisa tetap bertahan dan memenangkan persaingan.
◄ Newer Post Older Post ►