Menebak Anas Urbaningrum

Menebak Anas Urbaningrum
Andriadi Achmad, MAHASISWA PASCASARJANA ILMU POLITIK FISIP UI
Sumber : REPUBLIKA, 15Februari 2012


Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat (PD) se dang dalam po sisi tidak aman. Kasus Wisma Atlet yang menimpa mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin pada akhirnya menyerempet nama Anas. Tak bisa terhindarkan posisi Anas Urbaningrum sedang dalam penantian terburuk.

Kecemerlangan karier politik Anas Urbaningrum mengagumkan banyak kalangan. Dalam usia yang masih relatif muda, ia terpilih sebagai ketua umum partai terbesar dan pemenang pemilu tahun 2009. Dengan demikian, banyak isu berkembang dan prediksi Anas Urbaningrum pada Pemilihan Presiden 2014 akan digadang sebagai calon presiden atau wakil presiden dari Partai Demokrat.

Melihat sosok dan pembawaannya yang baik saat berkomunikasi maupun dari sisi intelektualnya, Anas Urbaningrum tidak diragukan lagi. Sejak menduduki bangku kuliah, dari segi karier dia pernah menjadi ketua umum PB HMI, Tim Sembilan verifikasi parpol, anggota KPU, dan ketua umum PD pada usia relatif muda (40 tahun). Sedangkan dari sisi intelektual, Anas Urbaningrum tergolong intelektual profertik yang telah menghasilkan beberapa karya ilmiah, baik berupa buku maupun tulisan, di berbagai media massa nasional.

Pada awalnya, Anas Urbaningrum diprediksi merupakan sosok pemimpin masa depan Indonesia pascareformasi sebagaimana kita tahu bahwa tokoh-tokoh nonmiliter mulai bermunculan dalam gelanggang politik Indonesia sebagai calon pemimpin bangsa ke depan. Tidak hanya itu, isu pe mimpin muda menggelinding secara perlahan dan memberikan isyarat secara tidak langsung bahwa sosok Anas Urbaningrum adalah salah satu tokoh muda bangsa Indonesia yang berpeluang menjadi pemimpin bangsa.

Namun, bayangan tak seindah realitas di mana keterkejutan berbagai kalangan ketika Anas Urbaningrum disebut-sebut terlibat dalam berbagai proyek Wisma Atlet. Dengan demikian, beberapa waktu belakangan, terwarta dalam pelbagai headline media massa cetak maupun audiovisual perihal keterlibatan Anas dalam kasus korupsi Wisma Atlet. Dalam hal ini, Anas Urbaningrum masih terselamatkan sebab KPK belum menyatakan ia sebagai tersangka.

Masa depan PD

PD merupakan partai reformasi yang kemunculannya pada Pemilu 2004, dengan mengusung ikon Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mampu melesat ke posisi enam besar serta menghantarkan SBY menuju titik tertinggi pemerintahan pada 2004. Fenomena ini menjadikan posisi PD sebagai partai pemerintah yang selama ini hanya distempelkan pada Partai Golkar.

Begitu juga pada Pemilu 2009, PD mampu merebut posisi pemenang pemilu dengan perolehan suara yang meroket tajam serta kembali mengangkat SBY sebagai presiden pada periode kedua.
Kepercayaan diri dan kebesaran PD tidak begitu saja bisa terhindarkan dari konflik internal.

Keretakan di tubuh PD mulai muncul yaitu sejak regenerasi ketua umum PD pada 2005. Kegagalan Ventje Rumekeng menjadi ketua umum PD dan terpilihnya Hadi Utomo (adik ipar SBY), ditunjukkan dengan pengunduran Ventje dari PD yang kemudian mendirikan Partai Barisan Nasional (Barnas). Begitu juga, saat pemilihan ketua umum PD pada 2010. Kekalahan Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie dalam pemilihan ketua umum, sebenar nya menjadi catatan tersendiri dan melahirkan perselisihan antarkubu di PD.

Kemudian, beberapa waktu terakhir, PD diguncang gempa korupsi dengan tersangka mantan bendahara umum PD Muhammad Nazaruddin. Tak hanya itu, isu keterlibatan beberapa petinggi PD dan tim sukses SBY dalam Pilpres 2009 dilaporkan oleh LSM Bendera penerima aliran dana bailout Bank Century dengan kerugian negara sebesar Rp 6,7 triliun.

Keterlibatan kader-kader PD dalam korupsi menimbulkan sebuah pertanyaan menarik bagaimana nasib PD ke depan? Hasil survei LSI terakhir menunjukkan PD terjungkal dari posisi 20 persen menjadi 14 persen. Apakah ini suatu sinyal dini bahwa pada Pemilu 2014 PD tidak lagi menjadi primadona? Adalah suatu keniscayaan kerja keras PD untuk mempertahankan posisi yang telah diraih sejak Pemilu 2004.

Belum lagi pesona SBY pada 2014 tidak lagi merona sebab SBY tidak bisa dicalonkan kembali. Dengan demikian, PD harus memunculkan tokoh karismatik yang bisa diunggulkan untuk menarik massa pada Pemilu 2014. Sebenarnya, sosok Anas Urbaningrum bisa dijadikan tokoh untuk menggantikan SBY dilihat dari penampilan dan gaya bicaranya yang sangat menyerupai kepiawaian SBY.

Isu Pencopotan

Pertemuan anggota Dewan Pembina PD pada 23 Januari 2012 di kediaman SBY diisukan membahas perihal penggantian ketua umum PD. Beberapa nama menggelinding sebagai calon pengganti Anas Urbaningrum, yaitu Soekarwo, Andi Mallarangeng, Joko Suyanto, dan Marzuki Alie. Dilihat dari peluang yang bisa meredam keretakan internal PD, posisi Soekarwo dan Djoko Suyanto sebagai calon terkuat. Andi Mallarangeng dan 
Marzuki Alie adalah rival Anas Urbaningrum saat perebutan ketua umum PD.

Terlepas dari isu pencopotan, Anas Urbaningrum mengumpulkan anggota DPP PD untuk konsolidasi internal sehingga isu pencopotan dirinya sudah mulai hilang dari peredaran. Sebenarnya, bola panas yang dilontarkan Dewan Pembina perihal pencopotan Anas bisa saja menjadi redam jika SBY menghendakinya karena keputusan PD berada di tangan SBY.

Ada dua alternatif besar pilihan SBY dalam memberikan keputusan mengenai posisi Anas Urbaningrum. Pertama, SBY menyelamatkan Anas. Posisi Anas Urbaningrum dalam kasus aliran dana Wisma Atlet bisa saja tidak terbukti jika SBY dan tim silumannya merekayasa bahwa Anas tidak terlibat dalam kasus tersebut. Tetapi, kelemahannya di sini, SBY semakin disudutkan dan dianggap presiden yang tidak memiliki komitmen dalam pemberantasan korupsi.

Kedua, SBY merestui pencopotan Anas Urbaningrum dari ketua umum PD. Ketidakberpihakan SBY dan merestui pencopotan Anas Urbaningrum adalah langkah berani SBY untuk membersihkan dan mencitrakan dirinya tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi.

Tetapi kelihatannya, SBY masih menunggu sikap KPK. Dengan demikian, dengan penetapan KPK tersebut, SBY seolah tidak terlihat berinisiatif mencopot Anas. Karena aturan partai mengharuskan pengurusnya mengundurkan diri jika terlibat kasus pidana.

Jika Anas Urbaningrum dicopot dari ketua umum PD dan menjadi tersangka, besar kemungkinan dia akan membuka semua kedok di dalam tubuh PD. Hal itu bisa saja berbalik dan membahayakan posisi SBY. Dalam hal ini, SBY cenderung hati-hati dalam memutuskan untuk menyelamatkan atau merestui pencopotan Anas Urbaningrum sebagai ketua umum PD.  
◄ Newer Post Older Post ►