Kesiapan Hadapi Bencana Alam


Kesiapan Hadapi Bencana Alam
Aris Ananta, PENELITI SENIOR DI INSTITUTE OF SOUTHEAST ASIAN STUDIES,
SINGAPURA    
Sumber : SINDO, 15Februari 2012




Akhir-akhir ini puting beliung dan angin kencang telah melanda banyak daerah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Hujan lebat dan banjir pun makin sering terjadi.

Pohon tumbang menyebabkan orang meninggal atau terluka.Rumah roboh menyebabkan kehilangan harta dan luka, bahkan dapat menyebabkan kehilangan jiwa. Listrik bahkan padam dan telah mengganggu berbagai kegiatan produktif masyarakat. Lalu lintas juga makin parah. Kalau diukur dengan pendapatan nasional,dampak ekonomi puting beliung,angin kencang, dan hujan serta banjir yang kini makin sering terjadi memang tidak sebesar tsunami di Aceh dan gempa bumi di Yogyakarta.

Kali ini daerah yang terkena tidak luas, kegiatan ekonomi yang terkena bukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan banyak uang. Kalau dihitung secara “ekonomi”, dampak berbagai bencana ini masih terhitung “kecil”. Namun, kerugian ekonomi tak dapat semata diukur dari sumbangan yang hilang pada pendapatan nasional, tetapi harus dilihat dari kehilangan yang diderita oleh tiap korban, kehilangan sebagai persentase pendapatan atau kekayaan tiap korban.

Rumah yang roboh amat mungkin rumah penduduk yang kurang mampu karena bangunannya tidak kuat. Sebab itu, bencana ini amat mungkin telah membuat kelompok pendapatan rendah makin menderita. Jumlah kematian dan jumlah yang terluka memang tidak banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Tetapi, kematian dan luka bukan hanya soal jumlah.

Kehilangan jiwa dan menderita luka merupakan tragedi berapa pun jumlahnya. Lebih lanjut,bagaimana kalau hal ini terus menerus terjadi dan makin dahsyat dan meluas? Yang mengerikan adalah bencana alam ini mungkin sekali baru permulaan dari gejala perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperkirakan bahwa iklim dunia,dan Indonesia,akan terus memanas.

Bersamaan dengan memanasnya iklim, Indonesia (dan dunia) akan mengalami hujan yang makin deras dan makin sering, perubahan suhu udara yang cepat, terjadi angin kencang, bahkan topan dan puting beliung yang makin dahsyatdanmakinsering.Banjir dan tanah longsor akan makin sering terjadi. Air laut akan meninggi,yang mengakibatkan banjir di tempat yang tak jauh dari pantai. Semua ini akan meluas di mana-mana,termasuk di seluruh Indonesia.

Kalau sebagian besar daerah terkena bencana, bagaimana pemerintah dan masyarakat melakukan bantuan? Sudah siapkah anggaran untuk membantu korban, yang terjadi di banyak tempat dan jumlah yang makin besar? Sudah siapkah dunia dan Indonesia untuk menghadapi hal ini? Tampaknya kita perlu menyebarluaskan cara-cara bersikap saat terjadi puting beliung, angin kencang, bahkan topan.

Kita perlu secara teratur dan lebih sering memberikan ramalan kapan puting beliung, angin kencang, atau topan akan terjadi. Masyarakat pun perlu membiasakan diri mengikuti ramalan cuaca agar dapat berjaga-jaga menghadapi puting beliung, angin kencang, bahkan topan.

Kian Serius

Bencana alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim ini akan amat serius.Yang terjadi belakangan ini sangat mungkin hanya suatu permulaan. Lebih parah lagi, pola pembangunan kita sering tidak memperhitungkan dampak negatif pada lingkungan. Jakarta dapat digunakan sebagai contoh. Sebelum perubahan iklim terjadi, Jakarta telah sering mengalami banjir, yang diakibatkan kesalahan dalam pola pembangunan kota Jakarta.

Dengan perubahan iklim,kota seperti Jakarta akan makin menderita. Kita dapat melakukan usaha yang makin serius untuk mencegah atau mengurangi terjadi bencana. Pola pembangunan harus makin memperhatikan lingkungan. Kita mungkin kurang mampu untuk mengubah iklim.Namun, kita dapat mengurangi dampaknya dengan memperbaiki pola pembangunan kita.

Sudah bukan saatnya kita terus-menerus memicu pertumbuhan ekonomi, dengan mengabaikan kondisi lingkungan. Sekaranglah saatnya, kebijakan ekonomi diarahkan pada perbaikan lingkungan hidup.Keterlambatan dalam perubahkan orientasi kebijakan ekonomi akan memperparah dampak perubahan iklim. Ketika terjadi tsunami di Aceh dan gempa bumi di Yogyakarta,masyarakat dunia juga membantu kita.

Namun, dengan ekonomi global yang makin memburuh,masyarakat internasional pun akan makin sibuk mengurus diri mereka masing-masing. Selain itu, bencana alam akibat perubahan iklim pun amat mungkin melanda mereka.Dengan kata lain, bantuan internasional tidak dapat kita harapkan seperti yang terjadi dengan tsunami di Aceh atau gempa bumi diYogyakarta.

Tanpa usaha serius dan segera untuk melakukan perubahan kebijakan ekonomi, semua kelompok masyarakat akan terkena dan menderita. Para pembuat kebijakan pun akan terkena. Sekarang mereka dapat mengalihkan arah banjir, tetapi mereka belum bisa mengalihkan arah puting beliung dan angin kencang dan topan. Maka itu, kelompok elite nasional pun tak akan dapat menghindar dari puting beliung, angin kencang, dan topan. Sewaktu waktu mereka pun dapat terkena.

Semoga para elite nasional segera menyadari hal ini dan segera bertindak untuk mengurangi dampak perubahan iklim, khususnya puting beliung, angin kencang,dan topan. Tindakan yang dimulai hari ini akan banyak mengurangi penderitaan akibat puting beliung, angin kencang, bahkan topan, yang dapat pula terjadi bersamaan dengan banjir dan tanah longsor. Semua bagian masyarakat, termasuk pembuat kebijakan, akan merasakan keuntungan dari tindakan yang cepat dalam menghadapi puting beliung,angin kencang, dan topan.

◄ Newer Post Older Post ►