Industri dan UKM


Industri dan UKM
Achmad Deni Daruri, PRESIDENT DIRECTOR CENTER FOR BANKING CRISIS
Sumber : REPUBLIKA, 14Februari 2012


Majunya perekonomian macan Asia, seperti Jepang dan Taiwan, tidak lepas dari kemampuan perekonomian mereka mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) berbasis industri. Rantai penawaran industri tidak akan memiliki keunggulan kompetitif tanpa dukungan industri skala kecil dan menengah.

Dass (2002) mengatakan, “For retailers and manufacturers alike, a company’s competitive advantage depends in large measure on the adaptability and agility of its supply chain.” Di Jepang bahkan ibu-ibu rumah tangga dilibatkan untuk merakit komponen mobil di perumahan penduduk. Indonesia belum memiliki kemampuan ibu-ibu ru mah tangga sekelas Je pang. Bahkan, siswa sekolah me nengah kejuruan otomotif belum tentu mampu mengerjakan pekerjaan yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga di Jepang tersebut.

Itulah sebabnya pasar tenaga kerja di Jepang juga sangat fleksibel dalam mendukung produktivitas sektor industri. Hal ini dapat terjadi karena budaya industri bukan hanya ada di pabrik-pab rik, tetapi juga di seluruh lapisan masyarakat, seperti di rumah-ru mah tangga. Seperti juga yang di lakukan oleh Pemerintah Taiwan dengan prioritas utama membangun rencana budaya masyara kat industri.

Selama ini justru Indonesia melupakan upaya tersebut. Ironis nya, ekonom beraliran neoliberal justru memberikan pemikiran yang dangkal mengenai industrialisasi itu sendiri. Jelas sekali bahwa perekonomian akan berkembang dengan pesat jika ada keterkaitan antara industrialisasi dan UKM itu sendiri. Dengan adanya keterkaitan itu maka multiplier perekonomian juga akan semakin besar.

Kebijakan Industri

Permasalahan penciptaan nilai tambah tidak semata-mata netral terhadap sektoral. Karena, sektor jasa secara relatif bersifat nontradables, artinya daya saing perekonomian tidak tercipta dengan baik. Sementara penguatan sektor tradables dalam hal ini sektor industri menjadi ukuran kekuatan daya saing yang nyata selain sektor ini juga menyerap lapangan kerja yang sangat luas.

Penyerapan lapangan kerja tidak akan berhasil dalam sektor pertanian. Sektor pertanian hanya berhasil jika suatu negara memiliki jumlah penduduk yang secara relatif tidak terlalu besar. Misalnya, Australia yang maju dengan mengandalkan sektor pertanian dan pertambangan, namun tidak memiliki kekuatan sektor industri. Industri mobilnya hingga saat ini tidak memiliki daya saing yang memadai.

Negara macan Asia bangkit menjadi raksasa ekonomi dunia bukan karena orientasi strategi pembangunan ekonomi yang bersifat promosi ekspor, tetapi justru bersifat industrialization led growth. Bahkan, negara-negara maju saat ini juga secara khusus melakukan strategi kebijakan industrialisasi, misalnya, Prancis dengan Sarkozynya secara terangterangan mengatakan bahwa mereka membutuhkan kebijakan strong industrial policy.

Jerman hingga saat ini juga sangat serius menjalankan kebijakan industrial policy sehingga perekonomian Jerman dapat tetap produktif sekalipun perekonomian Uni Eropa mengalami penurunan produktivitas. Negara-negara Uni Eropa yang mengandalkan sektor jasa sebagai motor pertumbuhan ekonomi justru semakin terjebak oleh perekonomian yang bubble. Dengan strategi industrialisasi yang tepat maka perekonomian Jerman dapat menyerap tenaga kerja secara maksimum di tengah krisis Uni Eropa.

Jerman juga memiliki UKM di bidang industri yang sangat tangguh yang juga menyerap banyak tenaga kerja. Sektor mobil Jerman saja memiliki beragam merek terkenal, seperti Mercedez Benz, BMW, dan VW. Mereka membentuk cluster industry otomotif hingga level perusahaan UKM. Hal yang sama dapat dilihat di Jepang di mana kluster industri otomotif juga terjadi, mereka juga memiliki merek-merek mobil ternama, seperti Toyota, Honda, Daihatsu, dan Suzuki.

Klaster industri ini menuntut sokongan pohon rantai industri yang sangat beragam yang tidak mungkin tercipta tanpa dukungan industri kelas UKM. Begitu pula dengan sektor elektronik dan komputer, klaster industrinya juga memerlukan dukungan pohon industri dari sektor UKM.

Bahwa, sektor industri menuntut dukungan sektor jasa yang juga canggih sangatlah tepat, namun tidak sebaliknya. Kegiatan perekonomian yang mengandalkan sektor jasa justru bersifat trade off terhadap pembangunan sektor industri. Hal ini dapat dilihat dari fenomena penyakit Belanda di mana penguatan sektor jasa justru melumpuhkan sektor industri.

Rantai Industri

Perekonomian Indonesia pernah mengalami hal tersebut akibat booming harga minyak. Dampaknya adalah munculnya gejala deindustrialisasi yang ditandai oleh rendahnya produktivitas sektor industri nasional relatif terhadap rata-rata produktivitas perekonomian nasional. Jadi, bukan karena Indonesia terlalu cepat melakukan tahap pembangunan industrinya.

Buktinya, Cina berdasarkan penelitian Dani Rodrik telah mampu memproduksi tingkatan produk yang jauh di atas kapasitas rata-rata pendapatan per kapitanya. Sampai saat ini Cina masih mampu mempertahankan produktivitas sektor manufakturnya dengan dukungan pembiayaan melalui bank-bank milik negara. Terbukti sampai sekarang Cina masih mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di dunia dengan kontribusi yang sangat besar dari sektor manufaktur.

Sudah saatnya bank milik pemerintah, seperti Bank BRI, dijadikan bank yang menyalurkan kredit bersubsidi kepada sektor industri UKM di Indonesia. Dengan mengandalkan sektor manufaktur maka rantai industri yang tercipta akan mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar ketimbang investasi yang sama di sektor pertanian atau jasa.

Kecanggihan sektor manufaktur dalam menciptakan strategic fit justru menular ke sektor jasa. Sektor manufaktur yang kompetitif mampu melakukannya hingga level supply chain pada UKM. Kidd (1994) menyebutnya sebagai konsep produksi yang integratif, yaitu “organizations, highly skilled and knowledgeable people and advanced technologies, to achieve cooperation and innovation in response to the need to supply our customers with high quality customized products“.

Perusahaan yang mampu mengembangkan strategi ini hingga ke tingkatan UKM adalah Toyota sehingga mampu mengungguli perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Di Amerika Serikat kini muncul Apple yang juga mampu menerapkan konsep manufacturing secara integral. Belajar dari Toyota dan Apple maka sudah selayaknya pemerintah pro terhadap kebijakan industrialisasi yang berbasis penguatan UKM domestik. ●

◄ Newer Post Older Post ►