Edukasi Vokasi dari Esemka
Ari Kritianawati, GURU SMA NEGERI 1 SRAGEN
Sumber : SUARA MERDEKA, 12 Januari 2012
"Perwujudan ide kreatif siswa SMK di Surakarta tersebut menggambarkan realitas cerah edukasi vokasi di Indonesia"
HARAPAN hadirnya industri mobil nasional kembali menggugah kesadaran. Bermula dari keputusan Wali Kota Solo Jokowi akan menggunakan kendaraan dinas yang merupakan mobil rakitan siswa SMK Negeri 2 dan SMK Warga Surakarta difasilitasi bengkel Kiat Klaten, yang diberi nama Esemka. Kampanye Jokowi tentang pola hidup sederhana dan lebih menghargai karya anak bangsa akhirnya memantik apresiasi dari banyak kalangan di negeri ini.
Meneg BUMN Dahlan Iskan yang juga dikenal sebagai sosok inovatif menyambut gagasan memacu industri mobil nasional lebih cepat lagi. Adapun politikus yang lihai dalam bersiasat politik pencitraan ramai-ramai mulai memesan mobil buatan siswa SMK itu. Upaya merealisasikan ide kreatif mobil domestik sebenarnya juga telah dirintis di berbagai SMK di kota lain di Jateng dan provinsi tetangga. Siswa sebuah SMK di Jawa Timur membuat inovasi mobil dari bahan yang sudah tidak digunakan dan diberi nama Digdaya.
Apa yang dihasilkan dan direalisasikan sebagai perwujudan ide kreatif siswa sekolah kejuruan tersebut menggambarkan realitas cerah pendidikan kejuruan (edukasi vokasi) di Indonesia. Sekolah-sekolah kejujuran kini makin banyak mencetak komunitas pelajar yang kreatif.
Mereka bukan hanyalah sosok siswa yang manja dan hidup dalam ritme budaya yang pragmatis namun bisa tumbuh menjadi generasi kreatif yang cerdas. Pendidikan vokasi memberi bukti tentang regenerasi siswa cerdas, inovatif, dan berjiwa wirausaha di negeri ini. Kalangan siswa kejuruan itu yang kadang tidak berlabel siswa sekolah unggulan (semacam RSBI, sekolah berstandar dan sebagainya) dapat menunjukkan bukti standar kompetensi nasional.
Hal itu yang seharusnya menjadi fokus pengembangan pendidikan nasional, khususnya edukasi vokasi di Indonesia. Sudah saatnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadikan sekolah kejuruan sebagai laboratorium aktif pengembangan pendidikan yang akomodatif terhadap nilai kewirausahaan dan industri kreatif.
Banyak gagasan yang bisa direalisasikan menjadi karya inovatif siswa sekolah kejuruan di negeri ini, yang sayangnya mengalami pembiaran, tanpa tindak lanjut yang bernilai ekonomis dan edukatif.
Untuk itulah apa yang ditunjukkan anak SMK di Solo dan daerah lain yang mampu membuat mobil rakitan dan melahirkan gagasan ulang pembangunan industri mobil nasional, perlu didukung oleh desain edukasi vokasi yang tepat, terbimbing, dan progresif.
Industri Rakyat
Ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan untuk mewujudkan gagasan itu. Pertama; Kemendikbud sudah saatnya mengembangkan alur pendidikan vokasi menjadi saka guru industri kreatif nasional yang memiliki nilai tambah ekonomis dan daya saing sosial.
Kedua; Kemendikbud, dalam hal ini Ditjen Pendidikan Menengah Kejuruan, jangan lagi terimajinasi dengan konsep pendidikan yang penuh label unggulan yang senyatanya cuma teori —seperti RSBI yang gagal total— namun perlu dan berkomitmen mengembangkan kurikulum pendidikan yang mampu menjawab persoalan industri nasional.
Ketiga; pemerintah pusat dan pemda seyogianya serius mengapresiasi karya kreatif siswa kejuruan (edukasi vokasi) dengan memfasilitasi ruang ekonomi kreatif yang terjalin dengan dunia usaha sehingga menjadi tempat menggembleng SDM yang siap berkompetisi di kancah nasional, bahkan internasional. Andai gagasan industri mobnas diwujudkan dan difasilitasi, sudah saatnya pendidikan vokasi subsistem pendidikan kejuruan otomatif mengembangkan kurikulum yang bisa mewadahi ide-ide cerdas dan kreatif anak sekolah, yang mengalir seperti aliran sungai pada musim hujan.
Kegiatan pendidikan vokasi menumbuhkan semangat yang mendorong hadirnya ruang kreasi dan pembelajaran tentang realitas, menyiapkan siswa menjadi tenaga kompeten yang mandiri, dan penuh inovasi. Untuk itu, perlu menghadirkan skenario pengembangan kurikulum berbasis industri kerakyatan dan kompetensi kreatif. Langkah itu baru awal, dan muaranya adalah pendidikan kejuruan yang bisa menjadi ”bengkel kerja” inovasi dan berspirit kewirausahaan bagi generasi muda. ●