Ya, meskipun luas wilayah serta jumlah penduduk negara Malaysia tak ada apa-apanya dengan Indonesia, mereka justru mampu menciptakan tim yang baik serta menghadirkan prestasi-prestasi membanggakan. Ingatkah ketika tim negeri jiran 2 kali 'mempermalukan' Indonesia di Gelora Bung Karno pada saat AFF 2010 dan Sea Games lalu ?? Ya, Malaysia sukses mengalahkan Indonesia di 2 ajang regional Asia Tenggara terakhir tersebut. Lebih parahnya Malaysia menggelar pesta kemenangan di Jakarta yang notabene adalah Ibu Kota Indonesia.
Pesta Malaysia di GBK |
Prestasi Malaysia tak berhenti sampai disitu, setelah menjuarai 2 ajang tersebut Malaysia masih mengukir prestasi lainnya antara lain mampu mendatangkan tim-tim terbaik untuk beruji coba dengan timnas mereka. Arsenal, Chelsea, Manchester United, QPR, dan yang terakhir adalah Manchester City berhasil didatangkan ke Malaysia dan beruji coba dengan timnas mereka. Lalu bagaimana dengan Indonesia ???
Arsenal vs Malaysia XI |
Coba kita bandingkan sederet prestasi Malaysia tersebut dengan Indonesia. 2 kali dipermalukan di hadapan publik sendiri oleh Malaysia serta gagal di beberapa ajang lainnya seperti Hassanah Bolkiah Cup, kompetisi di Palestina lalu, dan yang terbaru kalah di Penyisihan Grup AFF U22 di Riau. Dan dari sederet prestasi buruk timnas tersebut adalah yang paling memalukan adalah kekalahan Indonesia dari Bahrain 0-10 di Kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 beberapa waktu silam. Tentu saja sebuah prestasi yang tidak patut dibanggakan.
Kekalahan Memalukan atas Bahrain |
Indonesia beberapa kali mencoba mendatangkan tim terbaik. Bayern Munchen, LA Galaxy, adalah 2 tim yang dulu pernah bermain di GBK. Ada juga pemain-pemain bintang yang bermain di GBK, Fabregas, Alonso, Pepe, Arbeloa, Anton Ferdinand adalah beberapa nama besar yang pernah beruji coba dengan timnas. Namun, Indonesia juga pernah mencoba mendatangkan Galatasaray dan Everton untuk beruji coba. Tapi apa hasilnya ?? Dengan alasan Kompetisi yang tidak jelas, kedua tim tersebut mengundurkan diri.
Everton mundur dari Java Cup karena kompetisi yang tidak jelas |
Apakah yang menyebabkan prestasi Indonesia dibawah Malaysia ??
Alasannya adalah di Malaysia Sepakbola terjalin dalam kondisi yang kondusif. antara pemain, pelatih, suporter, dan Badan Organisasi menjalin kerjasama yang sangat baik, sementara di Indonesia ??? PSSI saja masih belum jelas siapa pemimpinnya, Djohar Arifin atau La Nyala Mataliti. Diskriminasi pemain terjadi di Timnas yang mana membuat timnas Indonesia banyak disebut sebagai Timnas IPL karena seluruh pemainnya berasal dari IPL sementara hampir seluruh pemain berbakat Indonesia bermain di ISL. Pemecatan pelatih timnas secara sepihak memperburuk keadaan. Belum lagi ditambah dengan dualisme kompetisi yang membuat sepakbola indonesia terpecah belah. Inilah yang membuat Indonesia 'kalah' dari Malaysia.
Dualisme PSSI |
Disini saya tidak berpihak kepada Malaysia yang juga punya banyak kesalahan terhadap NKRI tercinta, namun disini saya mencoba melihat apa yang dilakukan Negeri Jiran khususnya di bidang Sepakbola. Mereka mampu menciptakan sederet prestasi didalam kondisi yang sangat kondusif sementara kita dengan jumlah rakyat 200juta yang memiliki potensi untuk melahirkan bintang-bintang sepakbola dalam jumlah yang tak terbatas. Dan bukan tidak mungkin apabila masalah-masalah tersebut diatas bisa teratasi, Sepakbola Indonesia akan kembali berjaya dan kembali seperti kemasa keemasannya dulu. Dan semoga prestasi ketika kalah 0-10 dari Bahrain dan 0-6 dari Malaysia tidak kembali terulang.
Suporter Indonesia.. Loyalitas tanpa batas yang harus dibalas dengan Prestasi |
Well,, Sebentar lagi Indonesia akan kedatangan tim Valencia. Selain itu, kita juga akan menggelar konggres untuk menyelesaikan dualisme PSSI. Semoga saja kedua hal tersebut membuat semua pihak yang terlibat di dalam dunia sepakbola Indonesia sadar bahwa sepakbola adalah milik rakyat bukan untuk urusan pribadi. Jika Malaysia saja mampu mendatangkan beberapa prestasi dan tim-tim besar , Mengapa Indonesia tidak ???
sumber : http://akuinginpunya.blogspot.com/2012/07/kapan-sepakbola-indonesia-seperti.html