Agan agan sekalian tau kan apa sih 'martabak' itu? Yap, benar sekali, martabak adalah makanan khas indonesia yang menurut ane sih enak, tapi sayangnya banyak orang yang meremehkan keenakannya. Nah, D'MARCO ini mungkin mempunyai visi misi agar martabak itu tidak diremehkan lagi dengan menambah hiasan hiasan yang berkelas. Mau tau bagaimana cuplikannya? Langung aja kita Cekidot
|
Martabak. Makanan yang satu ini tentu tidak asing lagi bukan? Terbuat dari tepung berisi campuran cokelat atau keju. Dimasak menggunakan loyang dan mudah ditemui di pinggir jalan. Harganya pun bervariasi, tergantung dari lokasi serta isi martabak.
Rata-rata ukuran yang dijual dalam porsi besar, sehingga bisa dimakan bersama-sama alias keroyokan. Rasanya manis, legit, gurih, hmmm, yummy…! Tak heran, martabak menjadi salah satu penganan yang dicari.
Sayang, kebanyakan penjual martabak banyak di pinggir jalan sehingga orang kantoran atau turis terkadang enggan menikmatinya. Nah, di tangan tiga orang yang aktif di beberapa komunitas seperti Rotary Jakarta Batavia dan Anggunesia, martabak menjadi penganan yang bisa dinikmati siapa saja. Bahkan, mereka ingin martabak ‘naik kelas’ dengan membuka cafe D'MARCO di Jalan Sabang 43A, Jakarta Pusat.
Rata-rata ukuran yang dijual dalam porsi besar, sehingga bisa dimakan bersama-sama alias keroyokan. Rasanya manis, legit, gurih, hmmm, yummy…! Tak heran, martabak menjadi salah satu penganan yang dicari.
Sayang, kebanyakan penjual martabak banyak di pinggir jalan sehingga orang kantoran atau turis terkadang enggan menikmatinya. Nah, di tangan tiga orang yang aktif di beberapa komunitas seperti Rotary Jakarta Batavia dan Anggunesia, martabak menjadi penganan yang bisa dinikmati siapa saja. Bahkan, mereka ingin martabak ‘naik kelas’ dengan membuka cafe D'MARCO di Jalan Sabang 43A, Jakarta Pusat.
|
"Selama ini, martabak hanya ada di jalan-jalan. Kami ingin martabak menjadi menu utama di cafe agar martabak ‘naik kelas’," ujar salah satu pemilik cafe Ira Lathief.
Untuk mencari lokasi cafe tidaklah sulit, lantaran posisinya berada di pusat kuliner Jakarta. Café tersebut merupakan kepunyaan tiga orang sahabat, Ira Lathief, Ika Hendrani dan Budiono. Mereka bertiga saling mengenal lewat komunitas. Tak heran, cafe membidik konsumen komunitas, orang kantoran dan para expatriate.
Maklum, selain aktif di komunitas Rotary Jakarta Batavia, Ira sering menjadi tour guide wisatawan mancanegara (wisman) ke beberapa daerah di Indonesia. Para wisman biasanya lebih condong menyukai makanan Indonesia, sehingga menginspirasikan Ira dan kawan-kawan membuat cafe D'MARCO, singkatan dari Martabak Coffee.
Untuk mencari lokasi cafe tidaklah sulit, lantaran posisinya berada di pusat kuliner Jakarta. Café tersebut merupakan kepunyaan tiga orang sahabat, Ira Lathief, Ika Hendrani dan Budiono. Mereka bertiga saling mengenal lewat komunitas. Tak heran, cafe membidik konsumen komunitas, orang kantoran dan para expatriate.
Maklum, selain aktif di komunitas Rotary Jakarta Batavia, Ira sering menjadi tour guide wisatawan mancanegara (wisman) ke beberapa daerah di Indonesia. Para wisman biasanya lebih condong menyukai makanan Indonesia, sehingga menginspirasikan Ira dan kawan-kawan membuat cafe D'MARCO, singkatan dari Martabak Coffee.
|
Berbekal pengalaman bisnis, Ika di kopi dan Budiono di parfum membuat mereka bertiga sepakat mendirikan cafe. Sejak awal tahun, mereka mulai berburu berbagai hal yang berkaitan dengan cafe.
Mulai dari lokasi sampai mencari chef. Seringnya mereka jalan-jalan, membuat mereka mudah menemukan lokasi. Tadinya, lokasi adalah tempat menjual mie. Namun, disulap oleh ketiganya menjadi sebuah cafe yang nyaman berbalut warna kecoklatan dengan tempat duduk sofa dan meja kayu. Menurut Ika Hendrani, D'MARCO punya beberapa martabak andalan.
Antara lain, Martabak Ice Chocobane, Martabak Mushbeef with Egg dan Martabak Noodle. Martabak Ice Chocobane berisikan mesis, pisang berbalur karamel dan es cream vanila. Untuk mempercantik tampilan, atasnya diberi Astor.
Martabak tersebut dibandrol Rp 20 ribu. Martabak Mushbeef with Egg berisi jamur dan telur, harganya Rp 25 ribu. Sementara Martabak Noodle merupakan campuran mie dan telur. Pinggirannya diberi selada, timun dan tomat. Bagian atas diberi mayonase. "Mayonasenya kreasi sendiri," kata Ika.
Mulai dari lokasi sampai mencari chef. Seringnya mereka jalan-jalan, membuat mereka mudah menemukan lokasi. Tadinya, lokasi adalah tempat menjual mie. Namun, disulap oleh ketiganya menjadi sebuah cafe yang nyaman berbalut warna kecoklatan dengan tempat duduk sofa dan meja kayu. Menurut Ika Hendrani, D'MARCO punya beberapa martabak andalan.
Antara lain, Martabak Ice Chocobane, Martabak Mushbeef with Egg dan Martabak Noodle. Martabak Ice Chocobane berisikan mesis, pisang berbalur karamel dan es cream vanila. Untuk mempercantik tampilan, atasnya diberi Astor.
Martabak tersebut dibandrol Rp 20 ribu. Martabak Mushbeef with Egg berisi jamur dan telur, harganya Rp 25 ribu. Sementara Martabak Noodle merupakan campuran mie dan telur. Pinggirannya diberi selada, timun dan tomat. Bagian atas diberi mayonase. "Mayonasenya kreasi sendiri," kata Ika.
|
Harga Martabak Noodle mereka jual Rp 25 ribu. Martabak tersebut, bisa dipasangkan dengan minuman Hot Cinnamon Coffe seharga Rp 20 ribu dan Ice Strawberry Coffee Rp 25 ribu.
Penasaran sama rasanya dan pengen ‘icip-icip’? Langsung saja sambangi tempat tersebut. Cafe buka pukul 07.30-23.00 WIB.
"Kalau jam 07.30-10.30 WIB, kami menyediakan sarapan pagi semisal roti bakar, mie rebus dan mie goreng," jelas Ika.
Cafe resmi buka 10 Mei lalu, namun beberapa komunitas sudah sering nongkrong di sana seperti Love Our Heritage (LOH), Rotary Jakarta Batavia dan Anggunesia. Kedepan, mereka berharap cafe memiliki cabang di tempat lain.
"Beberapa sudah memberi masukan untuk membuka cabang, karena konsepnya kuat," tandas Ika meyakinkan.
Penasaran sama rasanya dan pengen ‘icip-icip’? Langsung saja sambangi tempat tersebut. Cafe buka pukul 07.30-23.00 WIB.
"Kalau jam 07.30-10.30 WIB, kami menyediakan sarapan pagi semisal roti bakar, mie rebus dan mie goreng," jelas Ika.
Cafe resmi buka 10 Mei lalu, namun beberapa komunitas sudah sering nongkrong di sana seperti Love Our Heritage (LOH), Rotary Jakarta Batavia dan Anggunesia. Kedepan, mereka berharap cafe memiliki cabang di tempat lain.
"Beberapa sudah memberi masukan untuk membuka cabang, karena konsepnya kuat," tandas Ika meyakinkan.
OTHER PICT
|